Skip to main content

Gema memikat ( gerakan minat dan budaya membaca masyarakat )





“ Buku “

"Mana sih buku yang kuletakkan di atas meja?"
"Hah?"
"Buku!"
"Ku-tu?"
"Bukan kutu. Tapi Buku,"
"Hah?"
"Buku. Bu-ku. Buku yang kuletakkan di atas meja ini, kamu kemanain?"
"Oh, buku. Tak kirain kutu. Hehe... Itu, bukunya tadi kublender bercampur kutu. Jadi juice. Kumasukin ke kulkas. Biar dingin dan segar. Setengah jam lagi, bisa diminum, ditanggung enak deh. Juice kutu buku. Yihaaaa.."
"Hah? Bukuku kau blender? Aaarrgghhh....."
"Lha, kan bagus! Tinggal diminum toh, tak perlu sukar-sukar lagi kau lahap satu lembar demi satu lembar, satu halaman demi satu halaman, satu bab demi satu bab. Capek hati lelah pula mata. Cukup kau minum dengan sekali tegukan, selesai, bukan?"
"Memangnya memahami isi sebuah buku bisa hanya dengan sekali tegukan, hah?"
"Hm?"
"Kamu ini sungguh kurang kerjaan, sampai bukuku pun kau blenderkan,"
"Hm.. Maaf. Lha, jadi gimana dong? Itu buku sudah telanjur kublender,"
"Segala sesuatu itu tidak ada yang instan. Butuh proses, tahu?"
"Iya. Iya. Aku minta maaf. Sebagai gantinya, biar aku saja yang meminumnya,"

(Ingrid Jiu, Pontianak, 2/10/16. 21.05)

Sketsa di atas terlihat sederhana tapi marih kita luangkan sedikit waktu untuk mencerna apa yang tersirat dari sketsa ringan di atas .

Memang di jaman digital ini tanpa kita sadari membaca buku secara fisik sudah mulai kita tinggalkan karena sekarang kita di mudahkan dengan berbagai bacaan yang hilir mudik di smartphone kita.

Kembali ke sketsa di atas dan tantangan rendahnya minat baca di indramayu , mumpung isu literasi lagi menjadi menarik di daerah kita tercinta, saya berpendapat perlu kerja ekstra keras terutama untuk para pegiat literasi dan pemangku kebijakan dapat lebih bersinergi lagi menciptakan bagaimana kegiatan literasi di kemas semenarik mungkin agar dapat menarik minat terutama kalangan generasi muda untuk kembali kenal akan buku. 

Kalau kita lihat data dari Arpusda Indramayu kita patut prihatin dengan rendahnya minat orang untuk datang ke perpustakaan , dan untungnya sekali lagi saya katakan kita beruntung punya Arpusda walaupun kewenangannya terbatas, terus melakukan berbagai inovasi program dengan menggandeng dan mendampingi  berbagai komunitas literasi yang ada

Saya ambil contoh beberapa kegiatan yang di lakukan beberapa komunits yang ada di indramayu dan ini perlu mendapat perhatian lebih kalau memang isu literasi tidak hanya sebatas Aksi seremonial belaka dan di jadikan basis kebijakan ke depannya 

Ngampar Boekoe Haurgeulis 

Mereka berkegiatan tiap minggu pagi di alun alun Haurgeulis dengan menghampar buku buku di lapangan dan di isi juga berbagai kegiatan  seperti Donor darah , lomba lomba untuk menarik orang untuk datang dan membaca buku yang di sediakan mereka




Bintang Bookcorner Indramayu

Mereka mengusung konsep piknik buku yang di lakukan secara mobile terutama di wilayah kota indramayu dan seperti yang di lakukan ngampar boekoe haurgeulis mereka juga melakukan berbagai kegiatan yang intinya untuk menarik orang untuk datang dan membaca buku yang mereka sediakan.





Tbm Lentera Hati Karangsong

Taman bacaan ini berkegiatan di Desa Karangsong mereka mengusung konsep Literasi Dusun  menggandeng komunitas pelajar Cakep indramayu , Dewan Kesenian Indramayu menjadikan taman bacaan sebagai pusat kegiatan publik dengan berbagai program seperti kelas bahasa inggris , kelas menulis , dan berbagai kegiatan lainnya yang berhubungan langsung dengan masyarakat sekitar.





Dan saya kira masih banyak lagi komunitas komunits literasi yang bertebaran yang belum terekspos dan tersentuh oleh pemangku kebijakan  di kabupaten ini , saya tidak akan membahas tentang kenapa tapi bagaimana permasalahan yang ada di depan kita ini dapat bersama sama menyikapi dengan bijak.

Salam Literasi..!

#Gema_Memikat
#IndramayuMembaca
#BundaLiterasi_Indramayu
#DulurNulisIndramayu



Comments

Popular posts from this blog

Catatan Prajurit di daerah Konflik #2

Penempatan di Maluku Saya hubungi lewat telepon Kabintaldam XVI/Pattimura, Letkol Caj. Telelapta, mengabari bahwa saya Kapten Caj. Hikmat Israr dapat tugas jabatan sebagai Kabalak Binatal Bintaldam XVI/Pattimura, dan melaporkan akan berangkat ke Ambon setelah ada Surat Perintah pelepasan dari Pangdam III/Siliwangi dan dari Danbrigif 15 Kujang Siliwangi. Saya tidak tahu apakah Kabintal merasa cemas atau gembira dengan rencana kedatangan saya ke Ambon tersebut. Yang jelas ia mengemukakan situasi Ambon saat itu sangat-sangat gawat, dan kalau berangkat beliau mewanti-wanti agar jangan sampai membawa keluarga, sebab keselamatan diri sendiri saja tidak ada yang bisa menjamin. Karena saya seorang Muslim, saya disarankan untuk berangkat Ke Ambon menggunakan KM. Bukit Siguntang yang nantinya akan berlabuh di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon. Rupanya laut pun sudah terbagi, pelabuhan Yos Sudarso untuk komunitas muslim, dan pelabuhan Halong untuk komunitas Nasrani. Bila saya berang

Istilah istilah bahasa yang di gunakan Nelayan di Indramayu

perahu jenis jegong yang sedang sandar  Sepertinya saya sudah lama menelantarkan tempat ini... maklum sebagai kuli di pelabuhan perikanan kadang memaksaku untuk melupakan sejenak tempat ini, sebenarnya banyak yang ingin ku tuliskan yang ada di benaku sekarang ini tapi untuk kali ini saya pingin mengenalkan istilah istilah bahasa yang ada di lingkungan Nelayan Indramayu yang bagi saya sangat menarik untuk di kenalkan sebab saya yakin istilah istilah tersebut sekarang ini sudah jarang sekali terdengar bahkan oleh nelayan itu sendiri. 1. Ngracek  istilah ini di gunakan untuk sebuah peroses pembuatan sesuatu baik itu pembuatan Perahu atau jaring  contoh  " tukang sing biasa ngracek perahu sing bagus biasane sing Pasekan artinya tukang pembuat perahu yang baik itu berasal dari Desa Pasekan " " kang luruaken tukang ngracek gah angel temen wis rong dina ora olih olih artinya bang carikan orang pembuat jaring dong sudah dua hari tidak dapat dapat "

tradisi Nadran (sedekah laut )

pelarungan meron nadran empang desa Karangsong 2016 Di sepanjang pesisir utara pulau jawa khususnya di sekitar Cirebon, Indramayu dan subang ada tradisi yang namaya nadranan yakni tradisi membuang meron (sesaji) ke tengah laut sebagai ungkapan rasa syukur terhadap sang pencipta atas di berikannya rizki dan keselamatan dan biasanya di laksanakan menjelang musim barat karena biasanya saat tersebut menjelang musim tangkapan ikan. Nadran sendiri merupakan suatu tradisi hasil akulturasi budaya Islam dan Hindu yang diwariskan sejak ratusan tahun secara turun-temurun. Kata nadran menurut sebagian masyarakat berasal dari kata nazar yang mempunyai makna dalam agama Islam yaitu pemenuhan janji. Adapun inti upacara nadran adalah mempersembahkan sesajen (yang merupakan ritual dalam agama Hindu untuk menghormati roh leluhurnya) kepada penguasa laut agar diberi limpahan hasil laut, sekaligus merupakan ritual tolak bala (keselamatan). Asal usul pelaksanaan budaya Nadran berawal pada tah