MIDANG BENGI SANGGAR AKSARA JAWA CIKEDUNG awal perkembangan islam di Indramayu berdasarkan manuskrip( naskah kuno ) dan voklore ( cerita rakyat) Part 2
KOLA KOSAMAWATI WAL ARDI
WAJHAL ADDHULUMATI WALNUR SUMA LADINA KAPARU BAROBKIHIM YA DALUN KAP HA YA AIN
SOD HA MIM HA HIN (AIN) SIN KAP
IYAKANABUDU WA IYA KANASTAIN YA KAYU YA KOYUMU ALLAHU LATIPUD BIBADIHI YARZUKU
MANYASAHU WAHUWAL KUOWIYUL AJIJ YA KAPI YA KULI SAEIN KODIR BIYADI KAI KAHI
HU MUKAMADARASULULAH
SALALAHU ALAIHI WASALAM ALLAHUMA INDAKOLA RIYAHU PI AMALI WA HAK WALI WALAM
ALAMBAIHI HAKO ALIM KUTUB TUANHU WA ASLAMTU WAKULU LAILAHHAILALAH
Dari
Alih Aksara Jawa Kuna ke Latin, nampak do’a Islami,
menurut Ustd.Sayuti Manggungan setelah diperhatikan secara seksama ternyataLonta rmilik Keluarga RadenWiralodra itu terdapat Ayat-ayat Suci
Al-qur’an serta doa-doa, diantaranya ; Ayat 5, Ayat 7, Ayat 12 dan Doa Akasah.
Demikian juga dalam Manuskrip Kulit Menjangan,
selain memperjelas jatidiri RadenWiralodra dan Nyi Endang Darma juga digoreskan
Rajah-rajah Aksara Arab.Hal ini menunjukan bukti perkembangan agama Islam setelah pada generasi RadenWiralodra.
LontarLegokLohbene
KepingBI
- 08
Sisi A// rapimaregedhépatangpulu / puraganésapuluronggédhéngsapocong / jakatésanggasagédhéng //// détasaregedhésawidak / limangsangga / puraganésapulutelusanggapatanggédhéng / jakaténemsanggalimangpocong //// kaliyemregedhépatangpulusangga / puraganésapuluronggédhéng / jakatépatangsanggasapocong // Sisi B// nakasemapatangpululimasanggaronggédhéng / puraganésangalasronggédhéng / jakatépatangsanggaronggédéngsapocong //// mangidsatuslimapulu / puraganételungpuluwolusangga / jakaté lima helasa //// mayemregedhépatangpulu / puraganésapulu / jakatépatangsangga /
Menurut catatan Lontar Legok,
diantaranya berisi tentang catatan-catatan keberadaan desa.Warga Kuwu Suramerta (Desa Legok Kolot Lohbener) ternyata sudah memeluk agama Islam,
ini ditengarai dari pembayaran zakat dari hasil panen mereka.
Keping BI – 08 Sisi A
dua baris terakhir setelah diterjemahkan bebas menjadi “Kaliyemhasilkotor 40 sangga,
susut [puragane, sewa/pajakdesa?] sepulutelungsangga. Jakatnya 4 sangga 1
pocong”
Naskah Tangkil , Carub Kandha
Sebagian Masyarakat Dharmayu Berkunjung Kepada Syekh SitiJenar
Demikianlah Syekh LemahAbang,
akhirnya menjadi menantu Ki
Kuwu Bungko menjalani biduk rumahtangga dengan prinsip tunggal cipta sebadandan senyawa. Setelah menetap
di Bungko, semakin banyak orang yang berkunjung diantaranya dari; Singaraja,
Penganjang, Dharmayu, Losarang, Lelea, Jatibarang, Lohbener dan Jatitumbu. Mereka
yang berdatangan pada mengabdi berguru, ada juga yang memohon berkah,
atau sekedar melaksanakan nadzhar.Setiap harinya tamu selalu berdatangan,
laki-laki dan wanita, tua muda pada berkunjung memohon berkah.Apa pula yang
minta didoakan supaya lekas ketemu jodoh, panjang umur serta hidup sehat sentausa berjodoh sampai kakek-nenek serta di cukupkan akan sandang pangan.
Demikianlah atas karamat waliyullah Sang Pandhita Sukamina itu, hajat para murid dan tamu-tamu banyak terkabulkan.
Nyai Ratu Junti Berguru Kepada Syekh SitiJenar
Syahdan Nyi RatuJunti yang
dahulu berada di Padepokan Syekh Bentong KarangGayam. Nyai RatuJunti sangat senang sekali mengembara dengan menaiki keretaterbang.
(h. 154) Ia menaiki kereta terbang hilir-mudik diawang-awang,
sedangkan keretanya ditarik oleh dua lalatwilis, itulah kesaktian Nyi RatuJunti.
Di angkasa terlihat berkelebat cahayanya bagaikan andaru,
dalam sekejap musnah kemudian nampak lagi, begitulah jalanya kereta terbang NyiRatuJunti.
Naskah Sindang, Babad Cirebon
Adik
Brawijaya bermimpi jika ingin mencapai kemuliaan hidup disuruh agar mencari dua
kalimah syahadat, Jaka Tarub berkelana hingga singgah di Indramayu. Ia membabad
hutan dan bermukim di Penganjang, warga setempat menyebutnya Ki Gedheng
Penganjang.
Bertahun-tahun
ia melakukan tapabrata merangkul pohon Api-api untuk mencari petunjuk kalimah
syahadat itu, tatkala hendak berbuka nasi tumpengnya itu dicocori bebek. Ia
marah dan memukul bebek itu hingga mati, syahdan Syeikh Sarif yang telah
berhasil menggoda Ki Tarub itu mendakwa agar jika memang bisa mematikan harus
bisa bertanggung jawab menghidupkan kembali bebek ciptaannya itu. Ki Tarub tak
sanggup serta memohon petunjuk, akhirnya Syeikh Syarif menghidupkan kembali bebek
tersebut dengan karomah kedua kalimah Syahadat. Ki Tarub terkejut kemudian ia
bertekad untuk berguru kepada Kanjeng Syeikh, Ki Tarub sendiri dikemudian hari
berganti nama menjadi Syeikh Benting.
Pohon
Api-api adalah identik dengan wilayah pesisir pantai, karena memang jenis pohon
tersebut hanya tumbuh subur diwilayah sepanjang pantai. Hal ini dapat
ditengarai bahwa Islam juga telah masuk sejak jaman Ki Tarub Penganjang dengan
rasa Islam yang berbeda seperti jaman sekarang.
Dalam
bab lain ketika Harya Kumuning memohon restu kepada Kangjeng Sunan Jati Purba
hendak menggempur Dalem Dermayu yang telah dianggap lancang membangun negara di
wilayah kekuasaan Cirebon tanpa izin, tetapi Kangjeng Sunan melarangnya.Harya
Kumuning memaksa pergi untuk menaklukan Dalem Dermayu, ketika melintasi Kali
Kamal yang mana didalam kali tersebut telah dipasang Oyod Mingmang oleh Dalem Dermayu
yang telah lebih dahulu mengetahui niat musuh. Dalem Dermayu sendiri setelah berhasil
mengecoh lawannya agar jangan sampai datang ke negara Dermayu karena bisa
mengakibatkan kerusakan yang sangat fatal, padahal negara baru berdiri.Kemudian
Ki Dalem datang kehadapan Kangjeng Sunan Jati untuk memohon maaf serta izin. Akhirnya
Dalem Dermayu mendapat restu dari Kangjeng Sunan Jati dan para Wali Sanga yang
hadir di Cirebon pada saat itu.
Syahdan
Harya Kemuning yang katalimbeng / keder muter, ketika menyeberangi Kali Kamal
diserang banjir bandang. Kuda Sawindu dapat melepaskan diri dan lari kembali ke
Cirebon lagi, sedangkan majikannya terbawa arus banjir hingga terdampar di
Pulau Menyawak. Di pulau itu kemduian ditolong oleh Syeikh Dagang sehingga
akhirnya ia dapat selamat dan kembali lagi ke Cirebon.
Ternyata
Dalem Dermayu juga beragama Islam dan berguru kepada Sunan Jati Purba, demikian
juga dengan Pulau Menyawak telah dikenal sejak jaman Harya Kumuning. Dan konon sekarang
di Pulau itu terdapat situs makam seorang Syeikh, yang sudah barang tentu
semasa hidupnya merupakan pemeluk / penyebar agama Islam di seputar Indramayu.
Naskah Museum Sri Baduga Bandung
// Tulya ta midanget warta / Susunan …… [tidak terbaca] / Mne angluding lumampa / Tana dangu nulya prapti / Ki Gedhe dhateng garib / Tumingal Kangjeng Sinuhun / (h. 005) Dhateng Gedheng Babadan / Ing ngulukan salam mangkin / Jawat lunga yawn / Saha kinen linggiya //// Kangjeng Sinuhun ngandika / Paka nira yun punapi / Matur Ki Gedheng Babadan / Hamba sambetaning nguni / Hamba adarbe jangji / Dateng tuwan duk rumuhun / Singa malujengena / Campaka hamba kang aking / Pecil hamba kakali pundi kang karsa // // Samangke sampun waluya / Kados tebeng wingi uni / Alantaran saking tuwan / Ing samangke tuwan pili / Pecil hamba kakali / Ngandika Kangjeng Sinuhun / Iya iku ingkang / Nganom anunten pisan kinawin / Kangjeng Sinuhun ing mila-milaning krama //// Wekaning Gedheng Babadan / Nanging datan darbe siwi / Sampuning lami mula / Susunan ywantening garib / Jengkar pindha tumuli / Dhedhepoking wukir sembung / sahe langena raras / Resep tungtungan ning giri / Kanon nrawating tasik embe gambira //
Terjemahan bebas ; Kemudian mendengar kabar,
Kangjeng Susunan pergi. Tak lama kemudian sudah tiba di tempat Ki
Gedhe.Kangjeng Sinuhun kemudian mengucapkan salam kepada Ki Gedheng Babadan. (h. 005) Dijawab salamnya lalu saling berjabatantangan,
Ki Gedhen mempersilahkan tamunya untuk duduk.
Kangjeng Sinuhun
berkata, “Apa yang kamu inginkan?” Ki Gedheng Babadan menghatur, “Hamba dahulu telah berjanji,
barangsiapa yang bisa menghidupkan kembali pohon Cempaka yang mongering,maka hamba akan menyerahkan salah satu dari dua putri hamba
yang tuan senangi.
Sekarang Pohon cempaka itu telah kembali tumbuh menghijau sebagaimana dahulu dengan sebab lantaran dari tuan,
oleh itu silahkan tuan memilih kedua putriku ini.” Kangjeng Sinuhun berkata, “Aku memilih
yang muda.”Kemudian menikah, demikianlah kisah Kangjeng Sinuhun pertama kali menikah.
Setelah lama
menikah namun dari Putri Ki Gedheng Babadan tidak menurunkan putra,
maka Susunan dari Garib [tempat tinggal Nyi Babadan?]
kemudian pindah kembali ke Gunung Sembung, dari puncak gunung itu terlihat pemandangan ombak lautansehingga membuat gembira.
Dari penggalan cerita babad ini menunjukan bahwa
Ki Gedheng Babadan dan putrinya telah masuk Islam.
KESIMPULAN
AWAL perkembangan Islam
di Indramayu bisa ditengarai dari Voklore (ceritarakyat), Naskah Babad, Jampi-jampi (Jajawokan) dan peninggalan situs-situs kuno atau pun bukti bendalainnya seperti bangunan,
keris pusaka dengan pamor Lam Alif, Kuta Mekah (Ka’bah) dan lain-lain. Semua itu harus tetap terjaga kelestariannya sebab hal ini bisa membuktikan peradaban masa lalu,
untuk mengungkap bukti memang tidaklah mudah.Sudah semestinya harus melibatkan dari berbagai disiplin ilmu
yang berkaitan dengan kesejarahan. Dari
berita Naskah Kuno bisa dipastikan bahwa masuknya agama Islam
keIndramayu ditengarai sejak jaman WaliSanga,
bahkan jauh sebelumnya sebagaimana masa hidup Syeikh Datuk Kahfi yang merupakan guru
Agama Rasul dari Ki Kuwu Sangkan dan Nyi Lara Santang Syarifah Bagdad
putra dari Prabu Siliwangi Pajajaran.
Oleh : Ki Tarka hanacaraka ( Sanggar Aksara Jawa ) Cikedung Indramayu
photo : tosupedia.com
photo : tosupedia.com
Terimakasih infonya ya, ini menambah wawasan saya
ReplyDeleteformasi cpns